02 Agustus 2011

Kami adalah Insan Asrama

Kami adalah insan asrama
Bersatu padu membina bangsa
Gali potensi diri raih prestasi tinggi
Tuk menjadi insan sejati...

Baris-baris di atas adalah penggalan dari mars Asrama TPB IPB. Insan Asrama. Kalau kamu masuk IPB, setahun pertama wajib yang namanya asrama.
Karena saya sekarang terdaftar menjadi mahasiswi IPB, maka saya wajib asrama. Maka, pada tanggal 27 Juni 2011, pergilah saya dari rumah yang jaraknya hanya sekitar 10 menit *tanpa macet* dari kampus dengan menggendong tas ransel kotak saya 'si roxy' dan menjinjing tas berisi bantal. Di antar dengan sepupu saya naik motor, turun di BNI lalu bertemu dengan teman saya, Bibah, di parkiran GWW lalu pergilah kami bersama menuju asrama diantar mobil Bapaknya Bibah untuk check-in.

Setelah melewati resepsi registrasi asrama, melihat sekilas 'rumah baru' saat berkeliling mencari kamar dan mengahantarkan Bibah terlebih dahulu ke kamarnya, masuklah saya ke dalam kamar saya yang seharusnya. Kamar sudah ditempati terlebih dahulu oleh dua orang teman sekamar saya, namanya Desita dan Lilis, begitulah yang tertera di kertas yang diletakkan di atas meja, kasur, dan ditempel di lemari. Well, saya kesiangan dan saya mendapat kasur di atas. Anak hutan gak boleh manja! Latihan manjat! Hahaha :)

"Oh, ini toh asrama...


Penuh debu, banyak kecoa, kamar mandinya kotor, meja, dinding, pintu, banyak bekas tempelan... jelek! Kasurnya keras dan amblas ditengah seperti perahu!


Temen sekamar gue nangis melulu tiap hari! Lorongnya gak kompak, kebagi dua, geng kamar depan dan yang pojokan.


Makanannya bosenin! Apel, soga, semua ga penting!


Mau pulang!"

Keluhan-keluhan di atas yang keluar dua minggu pertama saya menduduki asrama. Terus terang saja saya sih. Saya mulai dari yang keras sampai ngedown. Akhirnya saya meneteskan air mata kegalauan juga malem-malem saking gak kuatnya, hehe sekali kok. Tapi masih ada untungnya, banyak teman-teman yang segedung, teman-teman SMA yang menghibur banget. Ada Mei, Ismi, Murih, Wina, Bibah, dll. Tetap saja mengeluh, menyalahkan orang lain, membicarakan sikap teman sekamar yang membuat jengkel udah serasa diri ini paling iya banget lah. Asrama kotor karena memang awal-awal orang ramai berdatangan, belum dibersihkan brt (bagian rumah tangga) entah sejak kapan. Kalaupun brt membersihkan tidak sampai membersihkan tiap-tiap kasur di tiap-tiap kamar pastinya.

Sampai akhirnya suatu saat, teman lorong ada yang sakit. Saya menjenguk *atau apapun itu istilahnya* bersama teman saya. Teman lainnya memanggil kakak SR (senior residen) dan datangnya SR favorit sayaaaaa juga banyak teman-teman lainnya... Ka D*vi yuhuuuu ^,^. Teman lagi sakit tapi kita ketawa-ketawaan di kamar (dia juga sempat ketawa waktu dibilang mirip Widi Viera hahaha) habis Kak D*vi bisa aja kalau cerita. Kami (saya dan teman-teman yang ada) mendengarkan cerita Kak Devi mulai dari cerita mistis sampai cerita mistis hehehe. Cerita yang paling ngena itu... semua ceritanya ngena hehehe :P yak jadi, begini, kakaknya pernah bilang, "di sini tuh kita belajar untuk mengerti, memahami, bukan menuntut untuk dimengerti, dipahami. Kalian di sini kan harus care, sadar sama lingkungan sekitar, peduli sama temennya, kalau temennya ada yang sakit, apa ternyata dia lagi gak ada duit, kelaperan. Kebersihan juga kenapa gak boleh pake sendal, coba liat tiap pagi brt ngepel capek-capek eh dikotorin lagi kalian aja kalau ngepel ada yang nginjek marah kan?" ya kurang lebih demikian.

Tuntutlah diri sendiri untuk mengerti dan memahami orang lain, bukan menuntut orang lain untuk mengerti dan memahami diri kita.

Itu yang saya tangkap. Sambil mendengar cerita-cerita berikutnya saya sambil diam tertegun dan berpikir juga tentang kata-kata itu. Betapa egoisnya saya. Saya jadi malu, lihatlah keluhan-keluhan itu, malukah kamu kalau menjadi saya? Malu. Manja. Tidak bersyukur. Dan menjalin hari-hari berikutnya, semakin jelas petuah-petuah yang disampaikan kakaknya. Sekarang akhirnya saya mengerti, terima kasih kak, terima kasih Ya Allah.

Asrama ini memang jauh sekali dengan hotel berbintang 5, apalagi gedung A2 lantai bawah yang miskin sinyal. Ratusan kepala dengan puluh ribuan tabiat hidup dalam satu atap. Si kaya, si pintar, si alim. Dari sabang sampai Merauke (meskipun dominan JABODETABEK). Mungkin ada yang sudah terbiasa mungkin ada yang belum. Terbiasa baik itu dalam hal jauh dari orang tua atau terbiasa hidup sederhana.

Kalau masalah jauh dari orang tua, terutama mama, saya memang sudah biasa. Sejak saya kecil, saya sudah sering ditinggal, bahkan saat itu saya belum sadar ada mama atau tidak, sampai saya TK saya sadar ditinggal mama dan baru bertemu lagi kelas 3 SD dan selama itu saya tidak berkomunikasi sama sekali. Terlalu sering saya di tinggal mama, jauh dari bapak juga. SMP sudah ngekos. Keren kan kedengarannya? Karena itulah saya sombong. Ini yang menjadi alasan saya kesal dengan teman saya yang menangis setiap harinya karena pisah sama orang tua dan jatuhnya mengatur-atur saya supaya tidak pulang.

Setelah dipikir-pikir wajar juga sih, mau jaraknya dekat, mau jaraknya jauh, wajar kalau menangis karena pisah sama orang tua. Saya tadi melihat iklan salah satu perusahaan minyak terkemuka di negeri ini, tentang anak padang yang merantau, tersentuh saya. Saya langsung ingat teman-teman saya di asrama, terutama yang dari jauh, terutama yang dari padang hahaha. Yaiyalah saya biasa aja jauh dari mama, lah jauh dari mama tetap ada bapak, jauh dari bapak tetap ada mama, ditinggal mama ada yang urusin, intinya jauh dari orang tua pun saya kan hidupnya masih enak masih diurusin gak seperti mereka yang sekalinya jauh dari orang tua, gak ada yang ngurusin, tempatnya begitu, mau sarapan aja perjuangan antri kamar mandi dulu, galau dulu sarapan apa, jalan dulu, antri pesen dulu. Belum lagi ditengah-tengah homesicknya, temen sekamar malah sering ninggalin, baik itu karena memang sibuk ada acara yang kita gak bisa ikut atau emang dia bingung mau ngapain kita kalau kita nangis, yang jelas dia ninggalin kita. Udah gitu dia suka bikin sirik karena sering pulang melulu, kan jadi mau pulang juga. Jadi wajar kalau seorang teman sekamar menangis. Saya saja akhirnya nangis juga diberi kondisi asrama minggu-minggu pertama :D Duh, saya jadi merasa jahat :(

Pelajaran lain tentang kebersihan. Kamar mandi gak akan bersih kalau cuma dijijikin, dikeluhin, tapi gak dibersihin. Kamar mandi kita yang pake, kita yang jijik kalau kotor, kita yang bersihin capek-capek maka dari itu kita yang menjaganya. Begitupun dengan lorong. Lorong kotor kita yang males, lorong bersih kita yang bangga. Begitupun dengan kamar. Begitupun dengan gedung. Intinya, ini loh (anggap saja) rumahmu. Kalau bukan kamu yang merawat siapa lagi?

Sebulan lebih akhirnya lebih bisa menerima keadaan. Membagi waktu dengan teman-teman sekamar, sepojokan, selorong. Gak lagi semena-mena kayak SMA, rumah cuma tempat transit, soksibuk dan menyibukkan diri gak menghargai, gak ngeh ada mama ada orang lain dan maunya dilayani. Saya hidup bersama di sini, saya bagian dari mereka dan saya juga pasti akan butuh mereka, teman-teman saya. Ternyata gabung sama mereka asik, mengenal lebih banyak karakter orang, mainnya gak sama yang itu-itu aja teman-teman SMA nanti gak maju-maju wawasannya. Mungkin memang mereka terlalu banyak santai, tapi akhirnya setelah mereka melihat nilai UTS mereka sadar mereka terlalu banyak santai, santai banget keketawaan sampai malam, makanya saya suka ngungsi kalau mau belajar. Tapi ya sudahlah mungkin memang saya terlalu serius orangnya gak nyantai, lagipula sudah punya strategi untuk belajar :)

Ini baru sebulan pertama sih, tapi sudah banyak sekali kejadian dan pelajaran yang didapat. Oh ya, kejutan di malam sebulanan tanggal 27 Juli itu benar-benar kejutan banget, kedatangan teman sekamar yang ternyata orang Malaysia malam-malam jam 12. Hari-hari berikutnya pun menjadi lebih seru hehe. Dunia baru penuh hal-hal yang tak terduga, rencana apalagi ya? hehehe makasih Ya Allah :-* Uci sayang banget sama Allah, jadi malu suka ngeluh duluan padahal belum paham apa-apa, belum tau apa-apa protes di awal, gak sabaran, sok tahu. Tapi sekarang saya yakin, semua pasti ada hikmahnya. Harus sabar, harus bersyukur, jangan cepat mengambil kesimpulan bedasarkan pandangan yang diselimuti emosi sesaat semata.

Oh asrama... di sini diajarkan kesederhanaan, merendah untuk meroket. Diajarkan arti sebuah perjuangan. Dari hal kecil saja, perjuangan untuk mandi, makan, nyuci, perjuangan mencari sinyal! hehe. Dari kesederhanaan ini lahir sekarang orang-orang sukses IPB. InsyaAllah tahun ini pun dari asrama TPB IPB lahir orang-orang sukses penerus sejarah kampus pencetak orang sukses, dan insyaAllah orangnya Uci hehehe :D

Peduli banget apa kata orang, yes! Kami adalah insan asrama. Sukses di dan dengan cara kami sendiri. Hidup mahasiswa! Semangat menjemput ilmu-ilmu selanjutnya. Terima kasih Ya Allah telah membukakan mata ini. Kalau kita menikmati sesuatu rasanya jadi ringan ya hehe. Semoga semangat ini terus berkobar. Inilah bagian dari proses kehidupan ke arah lebih baik, gak penting hasil, yang penting proses! PROSES! SEMANGAT! :)

Lihat segalanya... lebih dekat... dan kau akan mengerti...

2 komentar:

Asop mengatakan...

Bagi saya, selama makan pagi, siang, dan malam ada dan gratis (bisa nambah pula), tak masalah. ^^

Ucing! mengatakan...

Ini ga gratis, beli di kantin hehe