25 Mei 2012

Manusia

Aku melihat manusia
Aku melihat setan menguasai manusia
Aku melihat harta mendominasi pikiran manusia
Aku melihat manusia membunuh manusia

Aku melihat
Aku belajar Tuhan
Aku mencari makna

Aku melihat manusia
Aku melihat Tuhan menyayangi manusia
Aku melihat amanah mendominasi pikiran manusia
Aku melihat manusia terbunuh manusia

Aku melihat
Aku memohon Tuhan
Aku memohon lindung
Aku memohon ampun

Aku melihat manusia!




Hari ini benar-benar Jumat yang penuh pelajaran. Aku jera menaruh harapan, menggantungkan diri kepada manusia karena manusia akan ada saatnya mengecewakan, karena manusia itu tega kalau setan sudah menguasai dirinya, ketika ia tidak ingan mati. Tak menutup kemungkinan dengan aku. Jangan menggantungkan diri padaku, jangan menaruh harapan padaku. Tapi aku akan terus belajar, akan terus berusaha untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

#tragedi Jumat di kampus tercinta

Konservasi

Assalamualaikum. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai konservasi. Hemm ngeri... hehehe. 

I get my spirit back! Kuliah interdept (kalo di IPB ada interdept) memang selalu jadi kuliah favorit. Pertama karena mempelajari hal baru dan mempelajari apa yang ingin saya pelajari, terlebih dosennya keren-keren banyak memberi wejangan yang luar biasa berpengaruh buat saya seperti kali ini.

Hari ini kuliah mengenai konservasi energi. Wah iya, konservasi gak melulu hutan pokoknya SDAH dan ekosistemnya dan energi, termasuk di dalamnya. Nah, nyambung-nyambung dengan energi pastinya ngomongin pangan kita kan, makanan. Hari ini saya disadarkan bahwa orang konservasi itu harus sehat. Ya, sehat yang pertama dulu aja sehat dalam artian fisiknya. Untuk sehat makanya harus makan makanan yang sehat. Jadi kalau kita makan itu bukan karena enaknya aja tapi bener-bener yang kita butuhkan. Satwa liar aja kalau makan apa yang dia butuhkan saja. Ini sih nyindir banget, secara saya suka banget makan hahaha dan baru aja kemarin makan bebek terus surabi terus bakso huhu betapa saya makan bener-bener buat kepuasan hiks. Saya juga jadi tau kalau misal ada sayur, ada buah, yang di makan buah dulu baru makan berat, sayur dulu baru makan berat. Pokoknya mengatur energi kita deh biar gak boros energi juga, ini bagian dari konservasi. Yeay, konservasi itu sikap, attitude.

Selama kuliah ini bener-bener gak sekali dua kali saya dapet pelajaran berharga, setiap kuliah, dan saya senang. Saya senang belajar hehe. Jadi inget dulu, kalau liat ke belakang, entah dari mana ya emang jalan Allah itu indah...

Dulu pas SMA pengen banget masuk KSHE ini, dari awal kelas 2 udah KSHE aja di hati karena mikirnya enak jalan-jalan, banyak belajar di lapang dan saya memang lebih suka yang demikian, lebih suka praktik tapi gak praktik di lab kimia gitu-gitu banget juga. Saya tipenya suka belajar sambil melihat langsung, sambil merasakan, dan belajar sama alam itu enak gak sekedar dapet ilmu pengetahuan tapi juga ilmu kehidupan.

Saya sendiri tahu KSHE jalan-jalan ya liat senior saya yang kebetulan KSHE juga. Akhirnya masuk KSHE, konservasi. Dan ketika sudah masuk ternyata Alhamdulillah makin disadari, makin dibuka matanya betapa pilihan ini, jurusan ini begitu mulia. Tugas konservasi itu mulia, walau ya berat, tapi tetep seneng. Semoga ya, kan katanya kalau kita seneng semua jadi ringan, amin. Gak sedikit selintingan orang-orang nyangkut di kuping ini tentang meremehkan konservasi, padahal ya konservasi itu milik semua, semua harus melakukan konservasi karena konservasi gak bisa dilakukan sendiri, karena konservasi gak melulu jagain hutan, karena konservasi sejatinya adalah karakter. Semua yang konservasi adalah positif. Dan ini PR dari saya untuk benar-benar menjiwai konservasi.

Kenapa saya bilang ngeri kalau bicara konservasi. Ya secara saya sekarang masuk bagian dari orang konservasi walaupun masih anak bawang yang baru netas, saya adalah civitas akademika bidang konservasi. Tetapi saya sadar sikap saya rasanya masih jauh sekali dengan karakter knservasi, makanya saya takut-takut salah ngomong. Tapi ya saya juga belajar, bukan maksud sombong padahal biasa aja, sekarang saya sudah membiasakan menghindari buang sampah sembarangan apalagi di alam terbuka, bawa eco-bag kurangi plastik (ini juga gara-gara foto saya lagi bawa plastik banyak pernah ditampilkan di seminar sebagai contoh gak baik, hahaha indah memang cara Allah, dan banyak lagi tapi tetep hal2 kecil lain saya masih miss padahal kan justru yang kecil itu suka berdampak besar. Tapi semangat belajar, SEMANGAT! I'll never stop learning)

Lalu tadi juga disinggung, peran mahasiswa. Kan kalau belajar, terus baca berita, terus seminar apalah pasti kan diliatin data-data kerusakan hutan, kerusakan lingkungan. Nah saya merasa cuma bisa miris, sedih, ngeri, marah, tapi bingung gitu mau apa orang itu urusannya kan udah yang perusahaan dan pemerintah, intinya merasa gak punya kuasa gitu lah. Ternyata disadarin kalau ya memang benar kita baru belajar, baru sekedar tahu masalah tapi gak terlibat. Kita punya peran dan kuasa, lewat tulisan, lewat gagasan, lewat kegiatan atau event-event apa gitu, lewat demo juga kan mahasiswa banget tuh haha tapi itu sih bagi saya cara terakhir banget. Ya, saya baru ngeh, menulis.

Wah betapa pentingnya menulis terutama bagi civitas akademika, terutama lagi bagi mahasiswa. Atau bisa kita undang wartawan apa nanti dimuat di media kan aspirasi kita. Wah jadi semangat saya, lewat tulisan ini pula saya mencoba menyampaikan bahwa konservasi milik semua, mencoba mengajak Anda yang mebaca ini untuk bersama melestarikan bumi. Sampai nantinya yang tugas terjun langsung, kebijakan, hukum menghukum itu adalah PR saya, saya harus lulus kan berarti buat jadi ahlinya langsung dan berarti maka dari itu harus belajar bener-bener. Never stop learning.

Thanks God it's Friday, and I got a beautiful lesson from You.

19 Mei 2012

Pangrango, Habis Gelap Terbit Terang


Hello there! Sudah beberapa bulan blog ini ditinggalkan, kasian.... #pukpuk

Ada cerita apakah kali ini si Ucing? Ouwyeah saya akan bercerita mengenai PENGORBANAN. Ecieeee.... pengorbanan apa sih? Let's see!

Untuk tahun 2012 di daftar resolusi saya, saya menuliskan beberapa resolusi *halah*. Pertama itu saya ingin punya minimal satu deh perlengkapan naik gunung, maklum, ini demi menunjang kuliah saya juga. Nantinya saya akan bertemu banyak praktik lapang yang tentunya harus didukung dengan perlengkapan lapang. Saya susah mau menargetkan dengan angka, jadi saya tulis yang minimalnya saja (satu).  Maklum, harga barang begituan tuh gak murah bagi saya... hiksss. Alhamdulillah tercapai, saya membeli sarung tangan hahahahaha. Oke, sumpah untuk sarung tangan saja saya harus ngerapel makan... yeah nasib duit bulanan pas-pasan hiksss mau nabung itu susah.

Nah, resolusi lainnya saya ingin sekali menjadi panitia MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru). Dari awal saya masuk dan merasakan MPKMB betapa saya ingin nama saya juga ada di daftar panitia. Sudah saya atur sedemikian rupa kesibukan saya agar saya bisa mendaftar MPKMB, bisa jadi panitia MPKMB. Wawancara sudah banyak pengalaman, saya terus belajar. Optimis, saya penuhi diri dan pikiran saya dengan optimis. Tapi ya, saya salah. Pertama saya ketinggalan informasi kalau OR panitia sudah dimulai. Saya telat download form, hari ini download besoknya baru ngisi. Pas mau ngisi mau ngumpulin, ternyata salah satu syarat, yaitu sertifikat MPKMB saya, tertinggal di rumah. Terpaksa pengumpulan ditunda karena saya harus pulang.

Besoknya di jeda kuliah saya bela-belain pulang ke rumah yang jaraknya 13 KM dari kampus demi sertifikat. Itu saya pikiran sudah terpecah juga karena besoknya saya mau memenuhi resolusi saya yang lainnya: 'muncak'. Setelah sampai asrama lagi, ternyata pas foto saya habis! Saya harus mencetak dan filenya ada di laptop. Laptop saya ditinggal di rumah. Untungnya ada kamera. Saya foto asal, kemudian saya pergi ke Bara buat cetak. Sebelumnya saya minta mas-masnya editin, tapi masnya amatir, alhasil acak-acakan sudah dicetak banyak. Rugi bandar. Ketika saya mau mengumpulkan saya bertanya terlebih dahulu kapan wawancaranya, dan ternyata mulai malam itu sampai dua hari berikutnya. Kalau saya mengumpulkan mau tidak mau wawancara lusa, sedangkan lusa saya masih di gunung pasti. Galau.

Sedih.
Bingung.
Pusing.
Kecewa.
Marah.
Kesal.
Capek.

Tidak ikhlas.

Berat, awalnya berat untuk saya memutuskan memilih salah satu. Mungkin beberapa orang berpendapat ya lepasin lah itu gunung, kapan-kapan bisa sedangkan kepanitiaan ini sekali seumur hidup. Awalnya saya berpikir demikian. Pikiran yang seperti ini terus memenuhi kepala saya. Tapi, untuk orang seperti saya tidak mudah untuk naik gunung gitu aja, duitnya, izinnya, waktunya, gak mudah. Apalagi ini pas Pasma lagi rame-ramenya. Tahun ini kapan lagi pikir saya. Tapi untuk lebih memilih gunung pun alasan saya masih belum kuat.

Tapi akhirnya saya memilih mundur, saya memilih resolusi saya untuk 'muncak', minimal satu puncak. Saya coret merah, saya kubur dalam-dalam resolusi saya untuk menjadi panitia MPKMB sambil terus berharap, berdoa, menghibur diri, bahwa memang hidup ini harus memilih. Pasti nanti ketika pada waktunya saya akan bersyukur atas pilihan saya. Mungkin ini salah satu cara-Nya entah untuk apa, tapi yang saya rasa satu adalah untuk melatih saya lebih berjiwa besar lagi. Atau mungkin supaya saya istirahat, mungkin takut saya nanti lelah karena MPKMB berdekatan dengan MPF (Masa Perkenalan Fakultas) juga. Dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan, prasangka baik yang saya ada-adakan, yang merupakan harapan saya bahwa hal itu benar. Yang jelas saya acuhkan berkas-berkas, saya sibukkan diri dengan packing.

Keesokan harinya berangkat lah saya. Tujuannya adalah Gunung Pangrango, lewat jalur Cibodas. Saya berangkat dari asrama pukul 06.00 sore, menunggu teman-teman lainnya di Pool Damri Baranang Siang hingga pukul 10.00 malam. Berangkat deh. Perjalanan 1,5 jam dengan angkot. Bayarnya 20.000 perorang, oke ini kemahalan. Sampai kantor TNGGP rombongan yang berjumlahkan 12 orang beristirahat makan dan tidur di mushola. Baru subuh, sekitar jam 5 nanjak.




Perjalanan dari pos Cibodas sampai Kandang Badak ditempuh dalam waktu 5 jam, biasanya 6 jam. Isitrahat 3 jam karena nunggu yang ketinggalan juga lama, makan, solat. Nanjak lagi ke puncak dari Kandang Badak selama 3 jam, biasanya kalau pemula 4 jam. Heran, padahal jalan berasa seperti siput banyak berhentinya, tapi kok cepet ya? Katanya ini termasuk cepet. Saya beserta 5 orang perempuan lainnya selalu bersama. Sempat kami hanya berenam karena yang laki-lakinya jauh di depan dan di belakang, alhasil mengundang tanya dari pendaki lain, "Wah, ini cewe semua?" kaget gitu kali ya. Sumpah di jalan mau ke puncak itu diwarnai keputusasaan banget, jalannya ngolong-ngolong pohon, merangkak, jalan jongkok, manjat, jalan sempit di celah-celah gitu, dingin, pundak udah ngilu bawa carrier berat, kaki udah nyut-nyutan... Ngeluh aja kerjanya. Tapi akhirnya sampai juga dan saya berkaca-kaca hahahaha.




Nginep di Mandalawangi semalam. Sempat diguyur gerimis semalaman. Dingin sekali. Edelweissnya belum terlalu mekar. Waktu kami pergi TNGGP masih sepi, di Mandalawangi sendiri cuma ada 3 rombongan (sudah termasuk kami). Besoknya bertemu rombongan teman-teman mapala fakultas saya. Turun sekitar jam 12, sampai Kandang Badak jam 1 lewat 15 menit. Kandang Badak sudah ramai. Istirahat tidak sampai 10 menit turun lagi ke bawah. Saya nempel terus sama teman saya Endah. Di jalan banyak ketemu anak-anak IPB juga terutama fakultas saya, dan itu senior, dan itu saya pake baju frontal banget fakultas saya hahaha. Dari saya berdua Endah sampai di pos Cibodas duluan tepat pukul 16.30. Pas lewat jembatan kita memang lari soalnya hujan males buka raincoat. Nunggu rombongan kekumpul semua 3 jam lagi. Pulang dari TNGGP jam 10 malam, sampai Bogor sekitar pukul 11 lewat. Ongkos pulang totalnya Rp16.000,00. Jadi pengeluaran kalau ditotal tuh ongkos, retribusi, logistik, perbekalan semuanya Rp146.000,00 (26.000+10.000+10.000+100.000).





Rasanya bagaimana? SENANG LUAR BIASA.

Biasa mungkin ya ke Pangrango. Nenek-nenek aja ke Everest. Tapi buat saya ini tetap luar biasa. Pertama saya harus merelakan MPKMB dengan sangat berat hati. Kedua yang namanya naik gunung itu beban terberat sebenarnya bukan beban berat badan dan beban di punggung, tapi beban di dalam hati. Egonya kita.... ngelawan rasa sombong kalau udah ada yang muji2 "wes keren cewe perkasa", ngelawan rasa kesal kalau temannya jalannya lelet gak mau maksain, ngelawan rasa ingin ngeluh... nahan ngeluh, nahan ngeluarin umpatan-umpatan kasar. Ketiga, selama naik banyak hal menyenangkan hahahaha. Keempat, resolusi saya tercapai.

Tapi tetap, memang tidak ada yang patut saya banggakan. Saya memang kalah keren ya sama nenek-nenek tersebut. Tapi saya tidak mau jadi seperti nenek-nenek itu, saya tidak mau jadi wanita yang perkasa karena naik gunung yang tinggi-tinggi, saya tidak mau jadi perempuan yang katanya macho lah apa lah. Saya mau jadi diri saya sendiri. Makna lebih penting bagi saya dari pada tindakan itu sendiri. Saya tidak mau melakukan hal yang saya sendiri tidak merasakan maknanya.

Saya ingat, saat memulai pendakian saya bertanya pada diri saya sendiri. Sebenarnya untuk apa saya naik gunung sih? untuk siapa? mau apa? Sampai saya di atas pun saya bertanya-tanya ngapain sih? Saya benar-benar kali ini berlatih untuk meluruskan niat, saya berdoa agar niat saya selalu terjaga bahwa saya naik gunung untuk mengenal-Nya, mengenal diri saya, mengenal alam-Nya lebih baik. Saya berdoa untuk dijauhkan dari hal-hal negatif dan didekatkan dengan-Nya. Dengan naik gunung ini saya berharap saya semakin dekat dengan-Nya. Sebenernya, lebih dominan lagi saya naik gunung karena ingin menghirup udara segar sambil 'melihat yang segar-segar' mhehehehe.

Doa saya didengar, saya dijauhkan (tidak terlalu dekat) dengan kecengan saya yang naik bareng hahaha. Saya merasa Allah sudah menjawab sebagian doa saya, banyak belajar, selama perjalanan saya banyak belajar atas tindakan saya, pikiran saya, dan tindakan teman-teman saya. Tak perlu heran kalau kadang saya suka tersenyum saja, tersenyum bahagia. Terima kasih Yaa Rabb.

Sekali lagi, tidak ada yang patut untuk dibanggakan dari diri saya, dari perjalanan saya, dari cerita ini. Saya hanya ingin berbagi. Semoga bisa diterima, semoga pesannya sampai. Bahwa hidup perlu pengorbanan. Karena hidup selalu memilih. Ikhlas itu sulit, tapi kalau dicoba hasilnya luar biasa indah, manis. Karena Allah itu baik.... Bahagia itu sederhana.... dan semua yang terjadi patut disyukuri. Kadang memang harus dipaksa supaya bisa, atau sebenarnya kita bisa tapi kita tidak memaksakan diri. Paksaan itu adakalanya penting. Kecengan itu adakalanya diperlukan karena mampu memberi motivasi, semangat, atau obsesi kali ya lebih tepatnya :P

Semua ada hikmahnya, kalau kita mau belajar.

And yes, I'll never stop learning!

Thanks Rabb...


Pangrango 17-18 Mei 2012.
Thanks to Bapak, Ibu, untuk izin, doa, dan duit mhehehe terutama Bapak yang sudah jemput pas pulang. Thanks to team, Resty, Nunu, Cupu, Endah, Ka Erna, Burik, Imam, Atar, Zul, Midun, dan semangatku selama perjalanan: Nugrahadi Ramadhan T. :P