19 Mei 2012

Pangrango, Habis Gelap Terbit Terang


Hello there! Sudah beberapa bulan blog ini ditinggalkan, kasian.... #pukpuk

Ada cerita apakah kali ini si Ucing? Ouwyeah saya akan bercerita mengenai PENGORBANAN. Ecieeee.... pengorbanan apa sih? Let's see!

Untuk tahun 2012 di daftar resolusi saya, saya menuliskan beberapa resolusi *halah*. Pertama itu saya ingin punya minimal satu deh perlengkapan naik gunung, maklum, ini demi menunjang kuliah saya juga. Nantinya saya akan bertemu banyak praktik lapang yang tentunya harus didukung dengan perlengkapan lapang. Saya susah mau menargetkan dengan angka, jadi saya tulis yang minimalnya saja (satu).  Maklum, harga barang begituan tuh gak murah bagi saya... hiksss. Alhamdulillah tercapai, saya membeli sarung tangan hahahahaha. Oke, sumpah untuk sarung tangan saja saya harus ngerapel makan... yeah nasib duit bulanan pas-pasan hiksss mau nabung itu susah.

Nah, resolusi lainnya saya ingin sekali menjadi panitia MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru). Dari awal saya masuk dan merasakan MPKMB betapa saya ingin nama saya juga ada di daftar panitia. Sudah saya atur sedemikian rupa kesibukan saya agar saya bisa mendaftar MPKMB, bisa jadi panitia MPKMB. Wawancara sudah banyak pengalaman, saya terus belajar. Optimis, saya penuhi diri dan pikiran saya dengan optimis. Tapi ya, saya salah. Pertama saya ketinggalan informasi kalau OR panitia sudah dimulai. Saya telat download form, hari ini download besoknya baru ngisi. Pas mau ngisi mau ngumpulin, ternyata salah satu syarat, yaitu sertifikat MPKMB saya, tertinggal di rumah. Terpaksa pengumpulan ditunda karena saya harus pulang.

Besoknya di jeda kuliah saya bela-belain pulang ke rumah yang jaraknya 13 KM dari kampus demi sertifikat. Itu saya pikiran sudah terpecah juga karena besoknya saya mau memenuhi resolusi saya yang lainnya: 'muncak'. Setelah sampai asrama lagi, ternyata pas foto saya habis! Saya harus mencetak dan filenya ada di laptop. Laptop saya ditinggal di rumah. Untungnya ada kamera. Saya foto asal, kemudian saya pergi ke Bara buat cetak. Sebelumnya saya minta mas-masnya editin, tapi masnya amatir, alhasil acak-acakan sudah dicetak banyak. Rugi bandar. Ketika saya mau mengumpulkan saya bertanya terlebih dahulu kapan wawancaranya, dan ternyata mulai malam itu sampai dua hari berikutnya. Kalau saya mengumpulkan mau tidak mau wawancara lusa, sedangkan lusa saya masih di gunung pasti. Galau.

Sedih.
Bingung.
Pusing.
Kecewa.
Marah.
Kesal.
Capek.

Tidak ikhlas.

Berat, awalnya berat untuk saya memutuskan memilih salah satu. Mungkin beberapa orang berpendapat ya lepasin lah itu gunung, kapan-kapan bisa sedangkan kepanitiaan ini sekali seumur hidup. Awalnya saya berpikir demikian. Pikiran yang seperti ini terus memenuhi kepala saya. Tapi, untuk orang seperti saya tidak mudah untuk naik gunung gitu aja, duitnya, izinnya, waktunya, gak mudah. Apalagi ini pas Pasma lagi rame-ramenya. Tahun ini kapan lagi pikir saya. Tapi untuk lebih memilih gunung pun alasan saya masih belum kuat.

Tapi akhirnya saya memilih mundur, saya memilih resolusi saya untuk 'muncak', minimal satu puncak. Saya coret merah, saya kubur dalam-dalam resolusi saya untuk menjadi panitia MPKMB sambil terus berharap, berdoa, menghibur diri, bahwa memang hidup ini harus memilih. Pasti nanti ketika pada waktunya saya akan bersyukur atas pilihan saya. Mungkin ini salah satu cara-Nya entah untuk apa, tapi yang saya rasa satu adalah untuk melatih saya lebih berjiwa besar lagi. Atau mungkin supaya saya istirahat, mungkin takut saya nanti lelah karena MPKMB berdekatan dengan MPF (Masa Perkenalan Fakultas) juga. Dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan, prasangka baik yang saya ada-adakan, yang merupakan harapan saya bahwa hal itu benar. Yang jelas saya acuhkan berkas-berkas, saya sibukkan diri dengan packing.

Keesokan harinya berangkat lah saya. Tujuannya adalah Gunung Pangrango, lewat jalur Cibodas. Saya berangkat dari asrama pukul 06.00 sore, menunggu teman-teman lainnya di Pool Damri Baranang Siang hingga pukul 10.00 malam. Berangkat deh. Perjalanan 1,5 jam dengan angkot. Bayarnya 20.000 perorang, oke ini kemahalan. Sampai kantor TNGGP rombongan yang berjumlahkan 12 orang beristirahat makan dan tidur di mushola. Baru subuh, sekitar jam 5 nanjak.




Perjalanan dari pos Cibodas sampai Kandang Badak ditempuh dalam waktu 5 jam, biasanya 6 jam. Isitrahat 3 jam karena nunggu yang ketinggalan juga lama, makan, solat. Nanjak lagi ke puncak dari Kandang Badak selama 3 jam, biasanya kalau pemula 4 jam. Heran, padahal jalan berasa seperti siput banyak berhentinya, tapi kok cepet ya? Katanya ini termasuk cepet. Saya beserta 5 orang perempuan lainnya selalu bersama. Sempat kami hanya berenam karena yang laki-lakinya jauh di depan dan di belakang, alhasil mengundang tanya dari pendaki lain, "Wah, ini cewe semua?" kaget gitu kali ya. Sumpah di jalan mau ke puncak itu diwarnai keputusasaan banget, jalannya ngolong-ngolong pohon, merangkak, jalan jongkok, manjat, jalan sempit di celah-celah gitu, dingin, pundak udah ngilu bawa carrier berat, kaki udah nyut-nyutan... Ngeluh aja kerjanya. Tapi akhirnya sampai juga dan saya berkaca-kaca hahahaha.




Nginep di Mandalawangi semalam. Sempat diguyur gerimis semalaman. Dingin sekali. Edelweissnya belum terlalu mekar. Waktu kami pergi TNGGP masih sepi, di Mandalawangi sendiri cuma ada 3 rombongan (sudah termasuk kami). Besoknya bertemu rombongan teman-teman mapala fakultas saya. Turun sekitar jam 12, sampai Kandang Badak jam 1 lewat 15 menit. Kandang Badak sudah ramai. Istirahat tidak sampai 10 menit turun lagi ke bawah. Saya nempel terus sama teman saya Endah. Di jalan banyak ketemu anak-anak IPB juga terutama fakultas saya, dan itu senior, dan itu saya pake baju frontal banget fakultas saya hahaha. Dari saya berdua Endah sampai di pos Cibodas duluan tepat pukul 16.30. Pas lewat jembatan kita memang lari soalnya hujan males buka raincoat. Nunggu rombongan kekumpul semua 3 jam lagi. Pulang dari TNGGP jam 10 malam, sampai Bogor sekitar pukul 11 lewat. Ongkos pulang totalnya Rp16.000,00. Jadi pengeluaran kalau ditotal tuh ongkos, retribusi, logistik, perbekalan semuanya Rp146.000,00 (26.000+10.000+10.000+100.000).





Rasanya bagaimana? SENANG LUAR BIASA.

Biasa mungkin ya ke Pangrango. Nenek-nenek aja ke Everest. Tapi buat saya ini tetap luar biasa. Pertama saya harus merelakan MPKMB dengan sangat berat hati. Kedua yang namanya naik gunung itu beban terberat sebenarnya bukan beban berat badan dan beban di punggung, tapi beban di dalam hati. Egonya kita.... ngelawan rasa sombong kalau udah ada yang muji2 "wes keren cewe perkasa", ngelawan rasa kesal kalau temannya jalannya lelet gak mau maksain, ngelawan rasa ingin ngeluh... nahan ngeluh, nahan ngeluarin umpatan-umpatan kasar. Ketiga, selama naik banyak hal menyenangkan hahahaha. Keempat, resolusi saya tercapai.

Tapi tetap, memang tidak ada yang patut saya banggakan. Saya memang kalah keren ya sama nenek-nenek tersebut. Tapi saya tidak mau jadi seperti nenek-nenek itu, saya tidak mau jadi wanita yang perkasa karena naik gunung yang tinggi-tinggi, saya tidak mau jadi perempuan yang katanya macho lah apa lah. Saya mau jadi diri saya sendiri. Makna lebih penting bagi saya dari pada tindakan itu sendiri. Saya tidak mau melakukan hal yang saya sendiri tidak merasakan maknanya.

Saya ingat, saat memulai pendakian saya bertanya pada diri saya sendiri. Sebenarnya untuk apa saya naik gunung sih? untuk siapa? mau apa? Sampai saya di atas pun saya bertanya-tanya ngapain sih? Saya benar-benar kali ini berlatih untuk meluruskan niat, saya berdoa agar niat saya selalu terjaga bahwa saya naik gunung untuk mengenal-Nya, mengenal diri saya, mengenal alam-Nya lebih baik. Saya berdoa untuk dijauhkan dari hal-hal negatif dan didekatkan dengan-Nya. Dengan naik gunung ini saya berharap saya semakin dekat dengan-Nya. Sebenernya, lebih dominan lagi saya naik gunung karena ingin menghirup udara segar sambil 'melihat yang segar-segar' mhehehehe.

Doa saya didengar, saya dijauhkan (tidak terlalu dekat) dengan kecengan saya yang naik bareng hahaha. Saya merasa Allah sudah menjawab sebagian doa saya, banyak belajar, selama perjalanan saya banyak belajar atas tindakan saya, pikiran saya, dan tindakan teman-teman saya. Tak perlu heran kalau kadang saya suka tersenyum saja, tersenyum bahagia. Terima kasih Yaa Rabb.

Sekali lagi, tidak ada yang patut untuk dibanggakan dari diri saya, dari perjalanan saya, dari cerita ini. Saya hanya ingin berbagi. Semoga bisa diterima, semoga pesannya sampai. Bahwa hidup perlu pengorbanan. Karena hidup selalu memilih. Ikhlas itu sulit, tapi kalau dicoba hasilnya luar biasa indah, manis. Karena Allah itu baik.... Bahagia itu sederhana.... dan semua yang terjadi patut disyukuri. Kadang memang harus dipaksa supaya bisa, atau sebenarnya kita bisa tapi kita tidak memaksakan diri. Paksaan itu adakalanya penting. Kecengan itu adakalanya diperlukan karena mampu memberi motivasi, semangat, atau obsesi kali ya lebih tepatnya :P

Semua ada hikmahnya, kalau kita mau belajar.

And yes, I'll never stop learning!

Thanks Rabb...


Pangrango 17-18 Mei 2012.
Thanks to Bapak, Ibu, untuk izin, doa, dan duit mhehehe terutama Bapak yang sudah jemput pas pulang. Thanks to team, Resty, Nunu, Cupu, Endah, Ka Erna, Burik, Imam, Atar, Zul, Midun, dan semangatku selama perjalanan: Nugrahadi Ramadhan T. :P

Tidak ada komentar: